Teknologi berkembang begitu cepat, di segala lini kehidupan, dan di segala bidang. Di bidang bangunan, perkembangan teknologi telah banyak memberi solusi dan kemudahan-kemudahan. Kita harus banyak berterima kasih pada manusia-manusia jenius yang berada di balik penemuan teknologi-teknologi canggih tersebut. Khusus perkembangan teknologi di bidang bangunan, akan sedikit diulas di sini. Tidak semuanya memang, hanya perkembangan teknologi yang sempat jadi perhatian saya. Elemen-elemen rumah atau bangunan, mulai dari pondasi, dinding, sampai penutup atap, semuanya telah tersentuh teknologi terkini. Di bagian pondasi, kita mengenal teknologi pondasi cakar ayam, bore pilled, dan tiang pancang. Di bagian dinding, kita mengenal bahan-bahan mutakhir hasil teknologi terkini seperti blok hebel, semen mortar, panel GRC, dan partisi gypsum dengan rangka metal ringan. Sebagai elemen finishing penutup dinding luar kita sering melihat bangunan-bangunan modern menggunakan panel alumunium komposit. Di bagian paling atas, saat ini sedang tren rumah tinggal menggunakan rangka atap baja ringan, dengan keunggulan beban ringan dan anti rayap. Kesuksesan sebuah teknologi, kita tahu, bukan saja ketika teknologi itu ditemukan berkat kejeniusan otak seorang insinyur. Tetapi berkaitan dengan pemasaran teknologi tersebut oleh para distributor, yang dilanjutkan dengan penerapan dan pelaksanaan teknologi tersebut di lapangan, sehingga teknologi tadi dapat dirasakan manfaat dan keunggulannya oleh masyarakat luas. Cukup panjang memang perjalanan sebuah teknologi sampai di pangkuan masyarakat luas. Sehingga, sebagian besar atau bahkan seluruhnya dari kita tidak tahu, siapa insinyur si penemu teknologi bangunan yang temuannya kita rasakan manfaat dan keunggulannya di rumah kita. Yang perlu kita sadari, ujung tombak dari perkembangan teknologi bangunan sebenarnya adalah para tukang dan kuli bangunan. Tukang dan kuli bangunan? Betul. Sewaktu produk bahan bangunan teknologi baru dilempar ke pasaran, tuntutan konsumen setidaknya ada tiga. Yang pertama mengenai harga, kedua dimana mereka bisa mendapatkannya, dan yang terakhir siapa yang bisa mengaplikasikannya di lapangan. Yang paling tidak gampang didapatkan adalah yang terakhir, mendapatkan tukang yang ahli yang bisa mengaplikasikan teknologi bangunan terkini. Tukang, bukan insinyur bangunan atau master teknologi bangunan. Lewat tukang atau kuli bangunan inilah teknologi bangunan terkini teraplikasikan ke berbagai pelosok rumah dan bangunan. Tukang atau kuli bangunan yang ‘ahli’, yang bisa jadi hanya lulusan SD atau malah tidak lulus sama sekali. Jadi, sembari berucap ‘Hidup Teknologi Bangunan!’, juga semestinya kita ucapkan ‘Hidup Kuli Bangunan!’
sumber : muhipro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar